Domain Termurah !! Klik

Mengenal Ngatir, Budaya Khas Warga Cipanas Kabupaten Lebak, Banten

 


Masyarakat Banten merupakan masyarakat yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Penghormatan dan kecintaan akan nilai-nilai islam selalu terekspresikan dalam kebiasaan yang diturunkan secara turun temurun sehingga terpatri menjadi sebuah budaya. Hal tersebut terjadi juga pada masyarakat kecamatan cipanas yang ada di kabupaten lebak,Banten.

Kali ini kita akan membahas mengenai budaya "Ngatir" yang kerap dilakukan oleh warga cipanas. Apa itu ngatir? Berikut adalah penjelasannya Haji Nurhaedi Sahlan, S.ag. tokoh masyarakat kampung babakan pedes desa sipayung kecamatan cipanas mengatakan bahwa Ngatir adalah sebuah budaya warga cipanas yang mana isi kegiatannya yaitu bertukar hancengan antar warga yang dilaksanakan pada waktu   robiul awal dan nifsu sya'ban. Ngatir ini dilaksanakan dalam setahun sebanyak dua kali diwaktu tersebut.

"Masyarakat akan berbondong-bondong membawa hancengan kemudian berkumpul di mesjid dan akan memberikannya kepada warga lainnya, semua dilakukan dengan suka cita," ujar Haji Nurhaedi.

Lanjut Haji Nurhaedi menjelaskan bahwa Hancengan merupakan bakul (wadah makanan besar yang terbuat dari anyaman bambu-red) yang isinya terdapat berbagai macam makanan yang sudah dimasak seperti Nasi,Urab,kacang panjang,daging, dan bakakak ayam atau ayam panggang. Budaya ngatir ini atau bertukar hancengan (makanan) ini dilakukan dengan tujuan menjunjung tinggi nilai-nilai agama islam. Misalnya Ngatir ketika bulan maulid tujuannya yaitu untuk memuliakan bulan mulud dan penghormatan sedalam-dalamnya kepada Nabi Muhammad SAW, sementara jika Ngatir dilakukan pada masa Nifsu sya'ban tujuannya ialah tutup buku amalan dengan cara melakukan hal-hal baik yaitu mempererat silaturahmi dan saling menghormati. Semua budaya ini tentunya tak serta merta dilakukan namun semuanya terlebih dahulu dilakukan proses sesuai syariat. Pada saat Nifsu sya'ban misalnya, setelah melakukan ibadah di mesjid masyarakat kemudian melanjutkannya dengan cara membaca Al Quran biasanya membaca surat yasin yang dibaca beberapa kali dengan permohonan do'a meminta keselamatan, meminta keluasan rezeki dan bersyukur atas iman islam yang dimiliki. Sementara pada saat Bulan mulud, proses ritual yang dilakukan ialah membaca marhaban,membaca barjanzi,membaca adiba, dan juga membaca solawat.

Setelah ritual keagamaan dilaksanakan barulah kegiatan Ngatir dilakukan. Semua dilakukan secara khidmat penuh suka cita dan tertib.

Ngatir biasanya dilakukan pada pagi hari dan yang melakukan ialah kaum laki-laki saja, mereka berbondong-bondong membawa hancengan ke mesjid kemudian hancengan tersebut dido'akan setelah itu kemudian di berikan kepada warga lainnya yaitu penerima hancengan. Kegiatan Ngatir ini di cipanas dilakukan di tiga tempat yaitu Kampung cipanas yang dipusatkan di mesjid Al mutaqin, kampung kondang yang dipusatkan di mesjid Nurul Huda dan kampung Bujal dipusatkan di mesjid Ataqwa.

Secara teknis Ngatir dilakukan secara berurutan. Warga kampung cipanas akan membawa hancengan ke mesjid Al mutaqin, kegiatan membawa makanan ini dalam bahasa sunda disebut "nyorog", mereka nyorog kemudian datang ke mesjid dan di mesjid mereka sudah disambut oleh warga penerima hancengan, yaitu warga kampung kondang dan warga kampung bujal. Warga kampung cipanas berperan sebagai tuan rumah, dan warga penerima hancengan berperan sebagai tamu.

Satu Hancengan dalam satu kegiatan bisa terkumpul 120 sampai 150 hancengan dimana 1 hancengan bisa untuk diterima sebanyak 7 orang. Setelah Hancengan diterima kemudian acara Ngatir dilanjutkan kembali ke kampung Kondang yaitu di mesjid Nurul huda, di mesjid ini pun kegiatan serupa dilakukan dengan tuan rumah yaitu warga kampung kondang sementara warga lainnya sebagai tamu. Kegiatan dilakukan persis sama seperti sebelumnya. Hancengan dibagikan. Dan akhir kegiatan dilakukan di kampung bujal yaitu dipusatkan di mesjid Ataqwa. Semua dilakukan di tiga tempat dimana semua hancengan ditukar dan diberikan. Ketiga warga kampung tersebut melakukan hal yang sama dengan posisi tuan rumah dan tamu secara bergantian.

Semua dilakukan secara tertib penuh suka cita sehingga silaturahmi semakin erat diantara warga. Lewat budaya ngatir ini warga semakin erat dan saling mengenal satu sama lain dalam kehangatan silaturahmi.

Haji Nurhaedi mengatakan budaya Ngatir ini sudah lama dilakukan di daerah cipanas, warga selalu antusias dalam melaksanakannya. Lanjut ia mengatakan bahwa Ngatir merupakan budaya sementara ritualnya yaitu syariat. Disini kita harus bisa membedakan antara budaya dan syariat. Ketika masyarakat membaca Al quran di mesjid itu adalah syariat, sementara ketika masyarakat melaksanakan Ngatir maka itu adalah budaya. Proses pemahaman antara syariat dan budaya haruslah difahami secara benar agar kita tak menilai semua hal secara sefihak.

Haji Nurhaedi membantah jika ada yang mengkritik budaya ngatir sebagai sesuatu hal yang negatif. Ia membantahnya karena budaya ini merupakan kegiatan diluar syariat yang dilakukan setelah syariat selesai dilakukan. Ngatir biasanya dilakukan setelah proses ibadah syariat dilaksanakan. Dalam hal lain ia memberikan analogi seperti orang yang memakai gamis saat solat, maka gamis adalah budaya sementara menutup aurat adalah syariat. Jadi dengan membedakan dua hal itu secara proporsional maka kita akan bijak dalam memandang sesuatu, termasuk juga melihat sebuah kebudayaan.

"Saya berharap budaya ngatir ini akan tetap dilakukan karena dengan ngatir ini silaturahmi antar warga bisa terjalin harmonis dalam ikatan saling menghormati satu sama lain," tambahnya.

Sampai saat ini budaya ngatir di daerah cipanas tetap dilakukan hingga kini bahkan menjadi ciri khas budaya warga cipanas. kegiatan ini bahkan menjadi salah satu hal yang menarik bagi wisatawan karena banyak wisatawan yang tertarik melihat kegiatan ini dimana warga berbondong-bondong membawa hancengan ke mesjid dengan rapi dan tertib. Semua dilakukan secara baik,rapi, penuh kehidmatan. Pemandangan ini menjadi daya tarik tersendiri dari  warga cipanas sehingga semua orang tertarik untuk melihat kegiatan ngatir ini. Dari budaya ngatir ini kita bisa belajar bahwa silaturahmi dan kekeluargaan

merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi oleh warga cipanas. Budaya ngatir merupakan kegiatan yang bernilai tinggi, dari kegiatan ini banyak hal bernilai yang bisa kita pelajari.

Posting Komentar

0 Komentar